PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar belakang
Buya Hamka adalah sosok cendekiawan Indonesia yang memiliki pemikiran membumi dan bervisi masa depanPernyataan ini tidaklah berlebihan jika kita melihat betapa banyak karya dan buah pikiran Hamkayang turut mewarnai dunia, khususnya Islam.
Keterlibatan Hamka di berbagai aspek keilmuan menunjukkan bahwa beliau adalah sosok yang cerdas, penuh inspiratif dan masih banyak hal lain yang dapat kita adopsi untuk mencetak generasi-generasi masa depan seperti Hamka.
Makalah yang secara spesifik membahas kajian tokoh ini berusaha memberikan gambaran bagaimana biografi Hamka, dan bagaimana pemikiran dan pengaruhnya terhadap pendidkan Islam. Karena diakui atau tidak, pemikiran Hamka masih kental kita rasakan dewasa ini.
Pemikiran-pemikiranHamka tersebut didasarkan pada al-Qur’an dan Hadits yang disertai dengan argument-argumen yang mendukung hal tersebut. Karena pada hakikatnya al-Qur’an adalah kitab yang akan tetap mampu menjawab segala persoalan hidup manusia.

B.Rumusan Masalah:
1. Bagaimanakah Latar Belakang Historis dan Biografi Hamka?
2. Apakah Karya-karya Hamka?
3. Bagaimanakah Pemikiran pendidikan Islam menurut Hamka?

C.Tujuan
1. Mendeskripsikan latar belakang historis dan biografi Hamka
2. Menyebutkan karya-karya Hamka
3. Mendeskripsikan Pemikiran pendidikan Islam menurut Hamka.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Historis dan Biografi
Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan julukan Hamka, yakni singkatan namanya.
Lahir 17 Februari 1908, di lingkungan yang agamis. Belajar otodidak dan menjadi sosok ulama, aktivis, jurnalis, politisi dan sastrawan. Beliau meninggal di Jakarta, 24 Juli1981 pada umur 73 tahun.
Pemikiran-pemikiran yang lahir dari sosok sederhana ini patut dipelajari oleh generasi hari ini, untuk meneladani keilmuan darinya.Selain itu ada banyak buku yang ditulis oleh Hamka, mulai dari novel, cerpen, dan artikel.
Beliau diberi sebutan Buya, tidak lain adalah panggilan untuk orang Minangkabau yang berasal dari kata “abi”, dalam bahasa Arab “abuya”, yang berarti ayahku, atau seseorang yang dihormati.

Pendidikan
Beliau Sekolah Dasar “Maninjau sehingga Darjah Dua” kemudian padausia 10 tahun, ayahnya mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang bernama “Sumatera Thawalib” di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari ilmu agama dan mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal pada masa itu seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus Hadikusumo.
Sejak muda, Hamka dikenal sebagai seorang pengelana.Bahkan ayahnya, memberi gelar Si Bujang Jauh. Pada usia 16 tahun ia merantau ke Jawa untuk menimba ilmu tentang gerakan Islam modern kepada HOS Tjokroaminoto, Ki Bagus Hadikusumo, RM Soerjopranoto, dan KH Fakhrudin.
Hamka juga banyak mengikuti berbagai diskusi dan training pergerakan Islam di Abdi Dharmo Pakualaman, Yogyakarta.Selain dikenal sebagai ulama kharismatik, Hamka juga dikenal sebagai pujangga termashur.
Sejak usia 17 tahun, ia sudah menulis roman berjudul Siti Rabiah. Aktivitas tulis menulis itu ditentang oleh keluarganya. Namun Hamka jalan terus untuk mencari jati dirinya dan berusaha keluar dari bayangan nama besar ayahnya.
Pada usia 30-an, ia tak langsung memilih menjadi ulama, meski ia sendiri termasuk muballig muda Muhammadiyah di kota Medan. Ia lebih suka bergelut di bidang jurnalistik. Bersama Abdullah Puar.
Hamka adalah seorang otodidiak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat.Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal.
Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti William James, Karl Marx dan Pierre Loti. Hamka juga rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Surjopranoto, Haji Fachrudin, Ar Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.

Bidang Politik
No Tahun Kegiatan
1 1925 Pendirian Muhammadiyah dan anggota partai politik Sarekat Islam
2 1928 Mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang.
3 1929, Pusat latihan pendakwah Muhammadiyah
4 1931 Konsul Muhammadiyah di Makassar.

5 1946 Ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat
6 1947 Ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia
7 1950 Pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun.

8 1953, Penasihat pimpinan Pusat Muhammadiah
9 1977 Ketua umum Majlis Ulama Indonesia

Dari tahun 1964 hingga tahun 1966, Hamka dipenjarakan oleh Presiden Sukarno karena dituduh pro-Malaysia.Semasa dipenjarakanlah maka beliau mulai menulis Tafsir al-Azhar. Setelah keluar dari penjara, Hamka diangkat sebagai anggota Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majelis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional, Indonesia.

Bidang Karir
No Tahun Karya
1 1920 Wartawan beberapa buah akhbar seperti “Pelita Andalas”, “Seruan Islam”, “Bintang Islam” dan “Seruan Muhammadiyah”.
2 1927 Pengajar di Perkebunan Tebing TinggiMedan

3 1928 Editor majalah “Kemajuan Masyarakat”.
4 1929 Guru agama di Padang Panjang

5 1932 Editor dan menerbitkan majalah “al-Mahdi” di Makasar majalah“Pedoman Masyarakat”, “Panji Masyarakat” dan “Gema Islam”.

6 1936-1942 Memimpin Majalah Pedoman Masyarakat
7 1950-1953 Memimpin Majalah Mimbar Agama (Departemen Agama)
8 1956 Memimpin Majalah Panji Masyarakat dari tahun
9 1957 -1958 Rektor Perguruan Tinggi Islam Jakarta, dan Profesor Universitas Mustopo Jakarta

10 1951 1960 Dosen di Universitas Islam Jakarta, dan Universitas Muhammadiyah Padang Panjang

11 - Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia.

Beliau bukan saja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sastrawan di negara Indonesia, bahkan jasanya di Nusantara, termasuk Malaysia dan Singapura diakui.

Karya-karya Hamka
Kurang lebih 118karya sastra hamka baik tentang agama, social, dan keadilan.Diantara karya besarnya yang mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat adalah:
1. Tenggelamnya Kapal Van der Wijk (TKVW)
2. Di Bawah Lindungan Ka’bah (DBLK)
3. Merantau ke De.

Dan satu lagi karyanyayang menjadi karya monumental adalah“Tafsir Al-Azhar”.Dua tahun lamanya hasil pengajian tafsir di Masjid Agung Al-Azhar itu dapat dimuat di majalah Gema Islam.
Beliau adalah seseorang yang terbuka terhadap keyakinan orang lain. Selain itu, memiliki sikap bahwa manusia harus hidup berdampingan secara toleran, menghormati perbedaan, menjaga keyakinan dan menjunjung tinggi kebebasan, Pergaulan Buya melintas batas suku, bangsa, agama dan keturunan.
Pribadi tangguh yang dilahirkan dari tanah Minang ini memberikan teladan untuk bersikap dewasa dan menghargai pluralisme serta mengakui perbedaan.
Gelar Yang Diraih

No Tahun Gelar
1 1958 Doctor Honoris Causa, Universitas al-Azhar

2 1974 Doktor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan Malaysia
3 - Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno, dari pemerintah Indonesia.

Pemikiran Pendidikan Islammenurut Hamka
Titik sentral pemikiran Hamka dalam pendidikan Islam adalah “fitrah pendidikan tidak saja pada penalaran semata, tetapi juga akhlakulkarimah”.
Pendidikan Menurut Hamka Ada tiga term yang digunakan para ahli untuk menunjukkan istilah pendidikan Islam:
1. Ta’lim:Aspek-aspek pengetahuan dan ketrampilan yang di butuhkan seseorang dalam hidupnya dan pedoman perilaku yang baik.
2. Tarbiyah:Pengembangan ilmu dalam diri manusia dan pemupukan akhlak yakni pengalaman ilmu yang benar dalam mendidik pribadi.
3. Ta’dib: Penguasaan ilmu yang benar dalam diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik.
Dari ketiganya Hamka lebih condong dalam istilah Tarbiyah, karena menurutnya tarbiyah kelihatannya mengandung arti yang lebih komprehensif dalam memaknai pendidikan Islam, baik vertikal maupun horizontal (hubungan ketuhanan dan kemanusiaan).Adapun prosesnya adalah pemeliharaan dan pengembangan seluruh potensi (fitrah) peserta didik, baik jasmaniah maupun rohaniah.

Pandangan Hamka mengenai Tarbiyah:
1). Menjaga dan memelihara per-tumbuhan fitrah (potensi) peserta didik untuk mencapai kedewasaan.
2). Mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, dengan berbagai sarana pendukung (terutama bagi akal dan budinya).
3). Mengarahkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik menuju kebaikan dan kesempurnaan seoptimal mungkin.
4). Kesemua proses tersebut kemudian dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan irama perkembangan diri peserta didik.

Sifat seorang pendidik menurut hamka:
1. Kecakapan
2. Akhlak
3. Skill yang baik

Kemudian metode dan materi pendidikan Islam harus disesuaikan dengan kebutuhan anak didik dan dinamika zaman.Materi pendidikan setidaknya mencakup ilmu-ilmu agama, ilmu-ilmu umum, ketrampilan, dan kesenian.Kemudian, menurut Hamka, model pendidikan yang ideal adalah model pesantren, yang mana memiliki tempat belajar, masjid tempat melaksanakan ibadah, dan asrama. Penekanan pentingnya asrama, agar anak didik bias setiap saat melakukan diskusi, diawasi, dan dibimbing secara intensif.

Seorang Pendidik Menurut Hamka
1. Objektif
2. Menjaga akhlak
3. Menyampaikan seluruh ilmu
4. Menghormati keberadaan peserta didik
5. Memberi pengetahuan sesuai dengan kemampuan penerima dan perkembangan jiwa peserta didik.

Hamka dalam memaparkan persoalan pendidikan, selalu mencakup peran keluarga, pendidik dan lingkungan sosial.Peran ini dituntut harmonis. Tidak ada yang lalai antara satu dengan yang lain sehingga proses pendidikan bisa berjalan harmonis juga.

Tiga Aspek Penting bagi Peserta Didik:
1. Jiwa (al-qalb)
2. Jasad (al-jism)
3. Akal (al-'aql)

Aspek paling penting dari ke-3 nya menurut beliau adalah“Masalah Kejiwaan”.Dimana pendidikan “Akhlakulkarimah”terletak di sini.Hamka menekankan, akhlakulkarimah pendidik memang harus terjaga sebelum memberikan pendidikan kepada peserta didik.

Makna pendidikan dan pengajaranmenurut Hamka:
1. Pendidikan Islam merupakan: serangkaian upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu membentuk watak, budi, akhlak, dan kepribadian peserta didik, sehingga ia tahu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Oleh kerena itu nilai-nilai yang ditanamkan melalui proses pendidikan haruslah diambil dan bersumber dari nilai-nilai yang terkandung dalam al-qur’an dan hadist nabi . Seperti terdapat dalam surat al-imron ayat 110:

كنت خير أمة أخرجت للناس تامرون بالمعروف وتنهون عن المنكروتؤمنون بالله
Artinya: “Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”
2. Pengajaran Islam merupakan: upaya untuk mengisi intelektual peserta didik dengan sejumlah ilmu pengetahuan. Dalam mendefinisikan pendidikan dan pengajaran, ia hanya membedakan makna pengajaran dan pendidikan pada pengertian kata. Akan tetapi

Secara esensial ia tidak membedakannya. Kedua kata tersebut (pendidikan dan pengajaran) merupakan suatu sistem yang saling berhubungan erat, karena setiap proses pendidikan, di dalamnya terdapat proses pengajaran. Keduanya saling melengkapi antara satu dengan yang lain, dalam rangka mencapai tujuan yang sama. Tujuan dan misi pendidikan akan tercapai melalui proses pengajaran. Demikian pula sebaliknya, proses pengajaran tidak akan banyak berarti bila tidak dibarengi dengan proses pendidikan. Dengan perpaduan kedua proses ini, manusia akan memperoleh kemuliaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.

Pendidikan menurut hamka
Menurut Hamka, proses pendidikan tidak hanya berorientasi pada hal-hal yang bersifat material belaka. Pendekatan yang demikian itu tidak akan dapat membawa manusia kepada kepuasan batin (rohani). Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dapat mengintegralkan potensi fitrah-Nya yang tinggi dengan potensi akal pikiran, perasaan dan sifat-sifat kemanusiaannya yang lain secara serasi dan seimbang.
Melalui integrasi kedua unsur potensi tersebut, maka peserta didik akan mampu mengetahui rahasia yang tertulis (Al-Qur’an dan Hadis) dan fenomena alam semesta yang tak tertulis (QS. Faathir: 28).

Artinya: Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama[1258]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun

Melalui pendekatan ini manusia (peserta didik) akan dapat menyingkap rahasia keagungan dan kebesaran-Nya, sekaligus untuk mempertebal keimanannya kepada Allah. Namun demikian, pendidikan bukan berarti hanya berorientasi pada hal-hal yang bersifat metafisik belaka.Dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah fi al-ardh, manusia juga memerlukan pendidikan yang bersifat material. Hanya melalui pendekatan kedua proses tersebut, manusia akan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya di muka bumi ini dengan sebaik-baiknya.
Hamka memaknai manusia sebagai khalifah fil-ardh, sebagai makhluk yang telah diberikan Allah potensi akal sebagai sarana untuk mengetahui hukum-Nya.
Menyingkap rahasia alam dan memanfaatkannya bagi kemaslahatan umat manusia.Menurut Hamka, melalui akalnya manusia dapat menciptakan peradabannya dengan lebih baik. Fenomena ini dapat dilihat dari sejarah manusia di muka bumi. Ar-ruum ayat 30 menegaskan:

فأقم وجهك للدين حنيفا فطرت الله التى فطرالناس عليها لاتبديل لخلق الله ذلك الدين القيم ولكن اكثر الناس لايعلمون
Artinya: Hadapkan dengan seluruh dirimu itu kepada Agama (islam) sebagaimana engkau adalah hanif (secara kodrat memihak pada kebenaran): itulah fitroh Tuhan yang telah memfitrohkan (mempotensikan) manusia padanya.”
Disamping itu.Fungsi pendidikan bukan saja sebagai proses pengembangan intelektual dan kepribadian peserta didik, akan tetapi juga proses sosialisasi peserta didik dengan lingkungan di mana ia berada. Secara inheren, pendidikan merupakan proses penanaman nilai-nilai kebebasan dan kemerdekaan kepada peserta didik untuk menyatakan pikiran serta mengembangkan totalitas dirinya. Dengan kata lain pendidikan (Islam) merupakan proses transmisi ajaran Islam dari generasi ke generasi berikutnya. Proses tersebut melibatkan tidak saja aspek kognitif pengetahuan tentang ajaran Islam, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik (menyangkut bagaimana sikap dan pengamalan ajaran Islam secara kaffah).
Hamka juga menekankan pentingnya pendidikan jasmani dan rohani (jiwa yang diwarnai oleh roh agama dan dinamika intelektual) yang seimbang. Integralitas kedua aspek tersebut akan membantu keseimbangan dan kesempurnaan fitrah peserta didik. Hal ini disebabkan karena esensi pendidikan Islam berupaya melatih perasaan peserta didik sesuai dengan fitrah-Nya yang dianugrehkan kepada setiap manusia, sehingga akan tercermin dalam sikap hidup, tindakan, keputusan dan pendekatan mereka terhadap semua jenis dan bentuk pengetahuan dipengaruhi nilai-nilai ajaran Islam.
Menurut Hamka, untuk membentuk peserta didik yang memiliki kepribadian paripurna, maka eksistensi pendidikan agama merupakan sebuah kemestian untuk diajarkan, meskipun pada sekolah-sekolah umum. Namun demikian, dalam dataran operasional prosesnya tidak hanya dilakukan sebatas transfer of knowledge, akan tetapi jauh lebih penting adalah bagaimana ilmu yang mereka peroleh mampu membuahkan suatu sikap yang baik (akhlak al-karimah), sesuai dengan pesan nilai ilmu yang dimilikinya.
Lembaga pendidikan agama yang tidak mampu membina dan membentuk peserta didik berkepribadian paripuma, samalah kedudukannya dengan lembaga pendidikan umum yang sama sekali tidak mengajarkan agama, sebagaimana yang dikembangkan pada lembaga pendidikan kolonial. Hal ini disebabkan, karena secara epistemologi, pada dasarnya ilmu pengetahuan memiliki nilai murni yang bermuara kepada ajaran Islam yang hanif. Pandangannya di atas merupakan kritik terhadap proses pendidikan umat Islam waktu itu. Di mana banyak lembaga pendidikan yang mengajarkan agama, akan tetapi tidak mampu ‘mendidikkan’ agama pada pribadi peserta didiknya. Akibat proses yang demikian, mereka memang berhasil melahirkan out put yang memiliki wawasan keagamaan yang luas, dan fasih berbahasa Arab, akan tetapi memiliki budi pekerti yang masih rendah.


Tiga Institusi Yang Bertanggungjawab Dalam Pelaksanaan Pendidikan:
1. Lembaga pendidikan informal (keluarga)
2. Lembaga pendidikan nonformal (lingkungan)
3. Lembaga pendidikan formal (Sekolah)

Lembaga pendidikan informal merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama, sebagai jembatan dan penunjang bagi pelaksanaan pendidikan selanjutnya (formal dan nonformal).Ketiga lembaga pendidikan seyogyanya bersinergi dan saling mengisi untuk membentuk integritas kepribadian anak yang equilibrum.

Tujuan Pendidikan Islam Menurut Hamka
“Penghambaan dan kekhalifahan manusia”, yaitu hubungan pemeliharaan manusia terhadap makhluk Allah lainnya, sebagai perwujudan tanggung jawabnya sebagai khalifah di muka bumi, serta hubungan timbal balik antara manusia dengan alam sekitarnya secara harmonis.
Menurutnya karena salah satu bukti gagalnya pendidikan formal dalam menata moral dan etika terlihat dari munculnya kenakalan seperti tawuran.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut hamka, proses pendidikan tidak hanya berorientasi pada hal-hal yang bersifat material belaka. Pendekatan yang demikian itu tidak akan dapat membawa manusia kepada kepuasan batin (rohani). Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dapat mengintegralkan potensi fitrah-Nya yang tinggi dengan potensi akal pikiran, perasaan dan sifat-sifat kemanusiaannya yang lain secara serasi dan seimbang.Melalui integrasi kedua unsur potensi tersebut, maka peserta didik akan mampu mengetahui rahasia yang tertulis (Al-Qur’an dan Hadis) dan fenomena alam semesta yang tak tertulis (QS. Faathir: 28).
Menurut Hamka, untuk membentuk peserta didik yang memiliki kepribadian paripurna, maka eksistensi pendidikan agama merupakan sebuah kemestian untuk diajarkan, meskipun pada sekolah-sekolah umum. Namun demikian, jadi prosesnya tidak hanya dilakukan sebatas transfer of knowledge, akan tetapi jauh lebih penting adalah bagaimana ilmu yang mereka peroleh mampu membuahkan suatu sikap yang baik (akhlak al-karimah), sesuai dengan pesan nilai ilmu yang dimilikinya.
Sehingga in put prosesout putya juga bagus sesuai antara teori dan peneraman moralnya, sehingga bukan hanya berhasil melahirkan out put yang memiliki wawasan keagamaan yang luas, dan fasih berbahasa Arab, akan tetapi memiliki budi pekerti yang masih rendah.

DAFTAR PUSTAKA
Yasin fatah. 2008.dimensi-dimensi pendidikan islam, Malang: UIN-Malang Press.
hamka/http://www.scribd.com/doc/6248627/PENDIDIKAN-MENURUT-HAMKA
http://rumahmimpi.blogspot.com/2007/06/membaca-hamka-membaca-gelora-cinta.html
http://www.averroes.or.id/opinion/buya-hamka-jejak-pemikiran-dan-teladan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Haji_Abdul_Malik_Karim_Amrullah
http://id.shvoong.com/books/1804902-memperbincangkan-hamka/
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&ct=res&cd=2&ved=0CBAQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.tokohindonesia.com%2Fensiklopedi%2Fh%2Fhamka%2Findex.shtml&rct=j&q=+hamka&ei=UkqYS9bKD4qgkQX0oPi9Dg&usg=AFQjCNHGvsdcsom6apa4Gr_lvhXAf7AXJA
http://ekaaktiva.blogspot.com/2010/02/biografi-buya-hamka.html
http://www.oaseqalbu.net/modules.php?name=News&file=article&sid=480
http://ekaaktiva.blogspot.com/2010/02/biografi-buya-hamka.html
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&ct=res&cd=2&ved=0CBAQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.tokohindonesia.com%2Fensiklopedi%2Fh%2Fhamka%2Findex.shtml&rct=j&q=+hamka&ei=UkqYS9bKD4qgkQX0oPi9Dg&usg=AFQjCNHGvsdcsom6apa4Gr_lvhXAf7AXJA
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/h/hamka/index.shtml
http://id.wikipedia.org/wiki/Haji_Abdul_Malik_Karim_Amrullah
http://mywritingblogs.com/sastra/2008/03/03/%E2%80%9Cbedah-buku-karya-buya-hamka%E2%80%9D/
http://mtamim.wordpress.com/2008/02/29/download-e-book-tafsir-al-azhar-hamka
http://abdulhaliknas.blogspot.com/2009/05/sejarah-pendidikan-islam-di.html
http://rudianto-rafi.blogspot.com/2009/12/konsep-pendidikan-menurut-hamka.htm
http://mimbarbaiturrahman.blogspot.com/2009/01/talim-tadib-dan-tarbiyah.html

0 Response to "PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM HAMKA"

Posting Komentar